Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2021

Surya Paloh Menanggapi Ajakan Koalisi Golkar, "Nanti Kita Lihat, Kita Bisa Duduk Secara Pertemanan"

Jakarta - Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh menanggapi ajakan Partai Golkar untuk membentuk koalisi alumni partai beringin. Sebagai teman, Paloh mengatakan, akan duduk bersama dengan Golkar untuk membahas rencana koalisi. "Nanti ini kita lihat, nanti kita coba bisik-bisik dulu lah. Kita duduk, saya bisa duduk secara pertemanan,"ujar Paloh di Jakarta Pusat, Kamis (28/10). Ia mempertanyakan komitmen Golkar untuk membangun koalisi dengan NasDem. "Golkar mau nggak?, kan belum tentu,"ucapnya. Untuk membangun koalisi NasDem dan Golkar harus ada kesepakatan awal dan menyatukan pikiran. Paloh mengatakan, kesepakatan itu harus dibangun dengan pendekatan informal. "Ini enggak bisa diformalkan semata-mata, harus ada kesepakatan awal dan kesepakatan awal itu digagas dengan pendekatan-pendekatan yang bersifat informal,"ujarnya. "Nah itu harus dimulai dari situ, menyatukan dulu pikiran, apa yang terbaik,"pungkas Surya. Diberitakan, Partai

Demokrat Menanggapi PDIP Terkait Kriktikan Kerjanya Hanya Rapat Saja, Tapi Tidak Mengambil Keputusan

Jakarta - Partai Demokrat menanggapi PDIP soal Presiden terdahulu yang kerjanya hanya rapat tapi tidak pernah mengambil keputusan. Demokrat menilai, ucapan itu salah sasaran jika ditujukan kepada Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). "Pernyataan Hasto tentang cara pengambilan keputusan presiden terdahulu sebelum Jokowi yang katanya kebanyakan rapat tapi tidak mengambil keputusan tentunya salah sasaran jika ditujukan ke Presiden RI ke-6 Pak SBY. Entahlah jika itu dimaksudkan kepada presiden terdahulu sebelum Pak SBY,"kata Deputi Bappilu DPP Partai Demokrat Kamhar Lakumani lewat pesan tertulis, Jumat (22/10). Kamhar lalu merujuk pada testimoni Jusuf Kalla yang pernah menjadi Wakil Presiden SBY dan Wapres Presiden Jokowi. Di mana zaman SBY lebih ringkas, terarah, dan lebih cepat dalam mengambil keputusan. "Kalau zamannya Pak Jokowi, semua soal dirapatkan. Jadi dalam seminggu rapatnya bisa empat sampai lima kali. Wajar saja jika kepemimpinan Pak

Achmad Baidowi: PPP Bisa Menghadirkan Poros Baru Jika Bergabung Bersama PAN Dan NasDem

Jakarta - Ketua DPP PPP Achmad Baidowi berharap hajatan Pilpres 2024 digiring hanya pada dua poros semata, yaitu PDIP bersama Gerindra, serta poros Golkar. Menurut dia, bisa hadir poros baru di Pilpres 2024. Salah satunya, PPP jika bersama NasDem dan PAN, sudah cukup mengusung calon presiden. Terlebih jika nanti PKS dan Demokrat juga ingin bersatu. "NasDem, PAN, PPP, sama dengan 21 persen kursi toh? Bisa poros baru. Kenapa harus digiring ke dua poros? Belum lagi ada Demokrat dan PKS,"kata pria yang akrab disapa Awiek lewat pesan, Selasa (12/10/2021). Dia menuturkan, PPP pun sejauh ini belum memikirikan Pilpres 2024, tapi fokus pada konsolidasi interior. Karena itu, jika Gerindra dan Golkar sudah mengeluarkan nama seperti Prabowo Subianto serta Airlangga Hartarto hal yang sah saja. "Soal Prabowo dan Airlangga itu hak beliau ya untuk maju. Sah-sah saja pamer capres, toh negara demokrasi,"kata Awek. Pilpres Masih Lama Awiek tidak berbicara lebih jauh be

Pengamat LIPI: Terkait Partai Mana Yang Paling Berpeluang Menjadi Tempat Berlabuh Emil, Aisah menyebutkan PPP Dan NasDem

Jakarta - Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil secara terbuka menyatakan minatnya bergabung ke parpol dan maju di Pemilu 2024. Pengamat Politik dari LIPI mengatakan, Aisah Putri Budiatri menyatakan pernyataan siap maju Pilpres meruapakan salah satu strategi pria yang kerap disapa Kang Emil itu. "RK (Ridwan Kamil) termasuk bakal calon yang sejak awal terbuka siap untuk maju di 2024 dan tentunya ia memiliki strategi politik untuk mewujudkan hal itu. Salah satu kunci yang ia sadari penting untuk jalannya ke 2024 adalah partai politik,"kata Aisah saat dikonfirmasi, Rabu (6/10/2021). Menurut Aisah, Emil menyadari dia bukanlah politikus parpol mana word play here. Oleh karena itu dibutuhkan banyak pendekatan ke parpol-parpol. "Karena RK sadar ia bukan politisi yang berakar di partai, padahal menjadi bagian formal dari partai adalah penting untuk menarik dukungan penuh pada 2024 nanti. Apalagi partai menjadi satu-satunya kendaraan politik dalam pemilu, dan kompet