Demokrat Menanggapi PDIP Terkait Kriktikan Kerjanya Hanya Rapat Saja, Tapi Tidak Mengambil Keputusan
Jakarta - Partai Demokrat menanggapi PDIP soal Presiden terdahulu yang kerjanya
hanya rapat tapi tidak pernah mengambil keputusan. Demokrat menilai,
ucapan itu salah sasaran jika ditujukan kepada Presiden ke-6 RI Susilo
Bambang Yudhoyono (SBY).
"Pernyataan Hasto tentang cara pengambilan keputusan presiden terdahulu
sebelum Jokowi yang katanya kebanyakan rapat tapi tidak mengambil
keputusan tentunya salah sasaran jika ditujukan ke Presiden RI ke-6 Pak
SBY.
Entahlah jika itu dimaksudkan kepada presiden terdahulu sebelum Pak
SBY,"kata Deputi Bappilu DPP Partai Demokrat Kamhar Lakumani lewat
pesan tertulis, Jumat (22/10).
Kamhar lalu merujuk pada testimoni Jusuf Kalla yang pernah menjadi Wakil
Presiden SBY dan Wapres Presiden Jokowi. Di mana zaman SBY lebih
ringkas, terarah, dan lebih cepat dalam mengambil keputusan.
"Kalau zamannya Pak Jokowi, semua soal dirapatkan. Jadi dalam seminggu
rapatnya bisa empat sampai lima kali. Wajar saja jika kepemimpinan Pak
SBY lebih efektif dan lebih cepat dalam pengambilan keputusan, rekam
jejak Pak SBY sangat memadai dan mendukung untuk itu,"ucapnya.
Menurutnya, sejak remaja SBY sudah terbiasa dan terlatih menjadi
pemimpin, termasuk saat menjadi Taruna di Akmil Magelang. Saat bertugas
di Militer pun SBY memiliki pengalaman kepemimpinan yang komplit, mulai
dari operasi militer, memimpin teritorial sebagai Danrem, Pangdam,
bahkan berpengalaman memimpin tentara-tentara dari berbagai negara pada
misi perdamaian PBB di Bosnia-Herzegovina.
Tak hanya itu, SBY juga memiliki latar belakang pendidikan yang
paripurna yaitu Master of Art dari Administration Webster College AS dan
Doktor dalam bidang Ekonomi Pertanian dari IPB.
"Jadi dalam hal kepemimpinan, kemampuan pengambilan keputusan, kecepatan
dan kualitas keputusan, Pak SBY di atas rata-rata dan ini telah
dibuktikan dengan 10 tahun kepemimpinannya telah menghantarkan Indonesia
pada banyak capaian dan kemajuan,"tuturnya.
"Jadi sekali lagi, kalau yang dimaksudkan Hasto adalah Pak SBY, bukan
hanya salah alamat. Mungkin Hasto sebelum pemerintahan Pak Jokowi hanya
hidup di alam mimpi, tak mengenal realita,"pungkas Kamhar.
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto
mengatakan, Presiden Joko Widodo memiliki perbedaan dengan pemimpin
lain. Jokowi sosok yang turun ke bawah dan mengambil keputusan saat
rapat-rapat terbatas. Berbeda dengan pemimpin sebelumnya yang ia sebut
hanya sering melakukan rapat tetapi tidak mengambil keputusan.
"Pak Jokowi punya kelebihan dibanding pemimpin yang lain. Beliau adalah
sosok yang turun ke bawah, yang terus memberikan instructions,
mengadakan ratas (rapat kabinet terbatas) dan kemudian diambil keputusan
di rapat kabinet terbatas.
Berbeda dengan pemerintahan 10 tahun
sebelumnya, terlalu banyak rapat tidak mengambil keputusan," ujar Hasto
dalam keterangannya, Kamis (21/10).
Karena gaya kepemimpinan Jokowi tersebut berbagai apresiasi dari dunia
diberikan kepada mantan gubernur DKI Jakarta itu dalam mengatasi
Covid-19. Hal itu merupakan hal yang positif dan membanggakan.
"Berbagai apresiasi sudah diberikan kepada Presiden Jokowi dan kita
sebagai partai pengusung pun ikut bangga bagaimana kepemimpinan Pak
Jokowi yang turun ke bawah, melihat akar persoalan pokok dari Covid-19
dan kemudian mencari solusi menyeluruh dimulai dari refocusing anggaran,
kebijakan yang menyeimbangkan antara pembatasan sosial dan pertumbuhan
ekonomi serta terdepan dalam pengadaan vaksin,"kata Hasto.
Hasto menuturkan, Jokowi setiap mengadakan rapat mengambil keputusan
yang dijabarkan dalam perspektif koordinasi antara pusat dan daerah.
Seperti ketika Jokowi bersama para menterinya, Menteri Luar Negeri,
Menteri BUMN, Menteri Kesehatan, sebagai satu kesatuan tim kesatuan tim
negosiator sehingga akhirnya kita bisa mendapatkan vaksin.
"Dan kemudian
tidak hanya itu, bahkan di dalam kerja sama didorong kemampuan nasional
untuk mampu memproduksi vaksin,"imbuh Hasto.
Percepatan melakukan gerakan vaksinasi juga dilakukan seluruh elemen
bangsa. Hampir seluruh kementerian, TNI-Polri, bahkan BIN mengambil
terobosan seperti vaksin door to door untuk mencapai target. Hal itu
juga didukung keterlibatan partai politik termasuk PDIP sebagai
pengusung utama pemerintah.
Kata Hasto, hal itu tidak akan tercapai jika Jokowi tidak memberikan
suatu arahan, membentuk tim negosiasi untuk mendatangkan vaksin.
"Meskipun banyak kritik, tetapi Pak Jokowi tetap menampilkan seorang
pemimpin yang tahan uji terhadap kritik dan terus berjuang melakukan
tugas-tugasnya sebagai Kepala Negara, Kepala Pemerintahan.
Tetap
bergerak karena apa pun di tengah pandemi ini Pak Jokowi
menerapkan suatu prinsip bagaimana keselamatan rakyat, keselamatan
bangsa dan negara merupakan hukum tertinggi yang harus dijawab setiap
pemimpin,"jelas Hasto.
Ditambahkannya, apa yang dilakukan Presiden Jokowi satu napas dengan
kebijakan Megawati Soekarnoputri. Ini merupakan satu perpaduan yang
sangat sempurna.
"Selama pandemi, Ibu Megawati memberikan suatu arahan kalau kita
bandingkan instruksi-instruksi yang diberikan partai politik di dalam
mengatasi pandemi, maka Ibu Megawati lah yang paling detail. Ibu
Megawati lah yang paling visioner karena pengalaman beliau yang sangat
luas dalam menghadapi berbagai krisis,"ucapnya.
"Di tingkat nasional Pak Jokowi memberikan direction untuk menggerakkan
seluruh elemen negara, menggerakkan seluruh elemen pemerintahan untuk
membantu, termasuk kebijakan relokasi anggaran. Sementara Ibu Megawati
menggerakkan seluruh elemen kepartaian.
Tiga pilar partai bergerak untuk mengambil langkah terobosan terkait kebijakan anggaran, kemudian langkah terobosan menanam tanaman yang bisa dimakan, mengembangkan desa-desa sebagai pusat pariwisata, desa sebagai pusat pergerakan. Ini merupakan suatu perpaduan yang sangat sempurna," jelas Hasto.
Komentar
Posting Komentar